Ini Alasan Mengapa Memilih Sepatu Gunung Sama Sulitnya Dengan Mencari Pacar

shares


Awalnya, saya memilih sepatu gunung hanya berdasar keren atau tidaknya. Hal yang salah, karena memilih sepatu gunung ternyata tak boleh sembarangan.

Foto oleh Acen
“Sepatu gunungmu, merk apa?” tanya seorang teman melihat sepatu gunung yang saya kenakan ini.
“Hi-Tech V kalau nggak salah, lupa versi persisnya,” jawab saya.
“Enak nggak dipakainya?” tanya teman saya lagi.
“Hmm… cukup enak  dipakai, tapi agak lumayan berat, tapi… sudah waterproof lho…” jawab saya.
Sekilas cuplikan pembicaraan antara 2 orang pendaki yang – saat itu- tak cukup paham tentang sepatu gunung.
Jenis sepatu gunung sangat beragam. Saat awal menekuni hobi mendaki gunung, saya kurang paham profil dari masing-masing jenis sepatu gunung, hingga akhirnya saya memutuskan untuk memilih sepatu gunung yang terlihat tangguh, tebal, dan anti air, tanpa memikirkan efek sampingnya ketika digunakan.

Kenyamanan adalah kunci

Saya memakai salah satu varian dari merk Hi-Tech. Saya beli karena saat itu saya akan mendaki Gunung Rinjani. Setelah bertanya kepada orang yang lebih mengerti, saya akhirnya membeli sepatu ini dengan alasan terlihat tangguh dan anti air.
Saat mendaki Gunung Rinjani, sepatu ini cukup nyaman dipakai, bantalan sepatunya juga cukup nyaman sehingga sewaktu memijak tanah dan bebatuan di Rinjani tak terasa apa-apa.
Namun, hal yang tidak sukai dari sepatu ini adalah tali sepatunya sering sekali lepas. Padahal saya sudah mengikat tali sepatunya cukup kencang dan juga sering sekali saya selipkan di dalam ikatan tali sepatu, tetapi tetap saja selalu terlepas. Sepatu ini juga cukup berat, sehingga terkadang membuat perjalanan saya kurang nyaman.
Bagian telapaknya terlalu keras, saat saya menginjak bebatuan, terutama bebatuan basah, saya sering sekali terpeleset.
Tambahan lagi, saya memilih ukuran sepatu yang terlalu pas di kaki.
Saat menuruni Senaru, rasanya saya ingin melepas jempol kaki saya saking sakitnya terkena ujung sepatu. Namun, sisi waterproof dari sepatu saya ini sangat bisa diandalkan. Saat badai dan hujan deras di pendakian Gunung Semeru 2012 silam, kaki saya adalah satu-satunya bagian tubuh saya yang kering.
Sayangnya, saat sepatu itu saya letakkan di luar tenda saat hujan, bagian dalam sepatu saya langsung penuh dengan air. Ya, sepatu jenis ini tidak membuat air keluar dengan mudah dari dalam sepatu. Alhasil, saya basah-basahan menggunakan sepatu yang semakin berat ini.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat memilih sepatu gunung


Foto oleh Acen
Saya berpikir, sepatu seperti apa sebenarnya yang cocok untuk pendakian.
Semakin sering saya mendaki gunung dan bertemu dengan pakar-pakar pendakian yang lebih sering mendaki dan juga lebih ahli dalam hal pendakian, saya mendapat jawaban dari pertanyaan saya.
Ternyata, ada banyak hal yang sangat perlu diperhatikan untuk memilih sepatu gunung yang tepat sesuai dengan pola kaki dan medan pendakian diantara beragam banyaknya jenis sepatu gunung yang ada.
Bagian-bagian yang harus diperhatikan :
• Padding engkel: bagian sepatu yang persis mengenai engkel kaki, cukup berguna untuk melindungi engkel kaki;
• Backstray: melindungi tendon achiles belakang kaki dan melindungi jahitan sepatu bagian belakang yang memungkinkan friksi karena terkena batuan dan benda-benda keras lainnya;
• Lidah Sepatu : berguna untuk melindungi bagian atas kaki;
• Outsole : bagian ini yang akan bersentuhan langsung dengan bidang permukaan bumi yang akan dilalui, fungsinya adalah memberikan traksi antara kaki dan permukaan tanah, batu dan lain-lain;
• Insole:  bersentuhan langsung dengan telapak kaki. Insole yang nyaman akan membuat kaki juga makin terasa nyaman untuk memijak.
• Midsole : terletak antara Outsole dan Insole. Berfungsi sebagai peredam antara kaki dengan permukaan bidang yang akan dilalui;
• Upper : bagian yang melindungi permukaan kaki termasuk bagian engkel kaki. Khusus untuk sepatu yang waterproof, bagian ini adalah yang membuat sepatu gunung menjadi anti air;
• Rubber toe bumper : bagian terdepan dari sepatu, terletak persis di jemari kaki. Berfungsi melindungi dan meredam ujung kaki kita terhadap dampak terkena benturan batu, akar dan benda keras lain;
Saya lebih suka membeli sepatu gunung di store peralatan pendakian dibandingkan membelinya di online shop.
Pengalaman yang tak terlalu menyenangkan saya dapatkan saat memesan sepatu gunung di sebuah online shop. Foto produknya sangat menarik. Namun akhirnya saya kembalikan karena ukuran yang tak sesuai, insole juga ternyata tak terlalu nyaman.
Beda jika saya membelinya di store peralatan pendaki gunung, saya dapat mencoba sepuasnya dan memilih yang cocok.

Saran sederhana dari seorang pendaki gunung


Foto oleh Acen
Buat saya, sepatu gunung yang nyaman adalah tepat sesuai dengan kontur kaki dan medan gunung yang sangat bervariasi, serta memenuhi syarat-syarat:

1. Nyaman

Saya termasuk orang yang sangat teliti dalam memilih barang. Apalagi sepatu gunung. Ketika mencoba sepatu gunung di store peralatan pendakian gunung, yang membuat kaki saya nyaman itulah yang akan saya pilih, bukan merk ataupun brand.

2. Besarkan satu ukuran

Kaki saya berukuran 43. Seperti yang sudah saya ceritakan, ukuran sepatu saya sangat pas, sehingga saya terpaksa bermimpi untuk melepas jempol kaki saking sakitnya terkena ujung sepatu. Karenanya, saat membeli sepatu gunung baru, selalu saya sisakan satu ukuran lebih besar dari ukuran kaki saya. Tentu saja agar mengurangi dampak sentuhan langsung ujung kaki saya dengan sepatu agar tidak membuat saya ingin melepas jempol kaki saya lagi.

3. Pilih sepatu yang melindungi mata kaki

Mendaki gunung maupun menuruni gunung memerlukan pergerakan yang dinamis dan kokoh. Engkel merupakan komponen kaki yang sangat penting guna menunjang gerakan kaki yang dinamis dan kokoh tadi. Maka dari itu engkel dan mata kaki memerlukan perlindungan yang lebih pula guna meminimalisir cedera yang sangat mungkin terjadi di bagian tersebut.

4. Waterproof

Penting untuk melindungi kaki tetap kering saat pendakian. Saat basah, kecenderungan untuk cedera menjadi lebih besar, terlebih untuk perjalanan yang dilakukan dalam waktu berhari-hari. Kaki yang kering tentu juga bisa mengurangi resiko terkena hypotermia.

5. Pilih outsole yang sesuai dengan permukaan lintasan

Saya sangat memperhatikan bagian luar sepatu, terutama bagian alas. Traksi yang pas antara sepatu gunung dengan permukaan bumi, akan membuat kinerja kaki jadi lebih ringan.
Seperti yang diketahui, medan gunung di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari tanah datar, tanah lembek, kerikil, sampai bebatuan besar, keras, dan licin. Outsole sepatu saat ini sudah cukup bervariasi dilihat dari kekerasan sol yang dipakai, mulai dari yang soft, sedang, dan keras.
Sol yang soft akan lebih bagus untuk melintasi bebatuan, sebaliknya, sol yang keras akan mengurangi traksi dengan permukaan yang berbatu.
Saya cenderung memilih sol dengan tingkat kekerasan yang sedang, mengingat medan gunung-gunung di Indonesia yang merupakan kombinasi batuan yang licin, tanah yang lembek, dan juga lumut. Outsole yang bagus adalah yang terbuat dari bahan karet campuran dan memiliki pola tapak bergerigi dan pada tumit terdapat pola setengah bulat sehingga dapat ‘menggigit’ tanah.

6. Harus cukup ringan

Seperti yang saya keluhkan sebelumnya, sepatu yang berat membuat saya ingin membuangnya di jalur pendakian begitu saja. Sepatu gunung yang berat menguras tenaga yang lebih besar untuk digunakan.

7. Bahan Sepatu

Bahan sepatu yang baik, menurut saya, biasanya dapat memenuhi syarat-syarat; membuat kaki terasa lebih nyaman, dapat memperkecil risiko kulit kaki melepuh, dapat menyerap keringat yang keluar kaki, dan lebih cepat kering.
Pembuat sepatu gunung saat ini lebih memilih menggunakan bahan sepatu yang mempunyai membran tahan air tapi tetap mempunyai rongga udara agar kaki dapat ‘bernapas’, seperti bahan Sympatex atau Gore-Tex.
Jenis sepatu selalu dibuat dengan tujuannnya masing-masing. Ada sepatu pantofel, sepatu sneakers, sepatu sportflat shoes, dan masih banyak ragam sesuai dengan penggunaan.
Saya sendiri pernah menggunakan sepatu sport yang outsole-nya terbuat dari bahan karet dan sangat tipis. Bagian upper-nya juga terbuat dari semacam kain. Meskipun sepatu ini diperuntukkan untuk kegiatan outdoor, saya sadar telah memilih sepatu yang buruk. Saat itu saya gunakan untuk mendaki gunung Guntur di Garut, Jawa Barat.
Sepatu tersebut sangat ringan dan sesuai dengan kontur kaki saya. Namun yang terjadi selanjutnya adalah saya jatuh berguling karena kerikil gunung Guntur sangat licin dan sepatu saya tidak mampu memijak permukaann bumi dengan baik. Tentu saja, selain sakit dan lecet di sana sini, saya jadi bahan tertawaan teman-teman sependakian.
Belakangan, saya baru sadar, outsole sepatu saya pun robek dan membuat saya akhirnya membuang sepatu tersebut.
Sungguh, setelah semua yang saya alami, saya benar-benar merasa pentingnya sepatu gunung saat pendakian.


sumber : phinemo.com

Related Posts

0 komentar:

Posting Komentar